Presiden Terpilih Prabowo Harus Tahu, Pupuk Hayati Mikroba Teknologi Dr Lukman Gunarto Bikin Petani Sawit Cepat Kaya

Dr Lukman Gunarto menyaksikan aplikasi teknologi AGPI di Plasma Sawit Bengkulu.(Foto/Dok Pribadi)

Jakarta – Luar biasa, teknologi Agricultural Growth Promoting Inoculant (AGPI) yang dikembangkan Dr Lukman Gunarto bisa bikin petani cepat kaya.

Bagaimana tidak, Pupuk hayati mikroba yang ditemukannya ini merupakan terobosan teknologi ramah lingkungan untuk peningkatan produksi pertanian, perkebunan, perikanan/pertambakan dan peternakan secara efisien dan berkelanjutan.

Pupuk hayati mikroba dari pengembangan AGPI sukses diaplikasikan di plasma sawit di daerah Bengkulu, Medan, Jambi, Riau, dan Kalimantan. Bahkan pernah booming di wilayah penjualannya. Pasalnya pertumbuhan buahnya sangat cepat, tandan buah relatif besar.

“Ketika diaplikasikan di pohon sawit hasilnya meningkat, irama petiknya cepat, ketika pohon sawit sudah mulai berbuahnya, 10 hari kemudian sudah bisa dipanen”,ujar Dr Lukman Gunarto, peneliti senior di InsFer (International Nitrogen Efficiency Fertilization) Program, IRRI (Internasional Rice Research Institute) Philipina ini pada Media, Rabu (25/9/2024).

Menurut Peneliti Mikrobiologi Tanah Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian Bogor ini, petani sawit tidak bisa nyantai dan ganti baju dinas karena panennya begitu cepat.

“Saya memantau langsung ketika diaplikasikan di kebun sawit di Bengkulu, Sumut, dan Riau, dimana irama petiknya sangat cepat, sampai petaninya gak bisa ganti baju dinas,”kenang Lukman.

Dijelaskan Lukman, ketika booming diaplikasikan di lahan sawit, pupuk hayati atau disebut juga dengan pupuk biologi dijual dengan merek dagang Golden Harvest Tiens. Hampir semua petani sawit, perkebunan swasta di Medan, Riau dan Bengkulu memakai pupuk besutannya.

“Sampai saya terkenal banyak yang minta foto kalau saya berkunjung ke daerah sawit,”imbuh Lukman.

Namun, kini pupuk hayati Golden Harvest sudah tidak bekerjasama dengan dirinya. Ia tidak bisa menyebutkan alasannya mengapa kerja sama dengan MLM dari RRC itu tidak berkesinambungan.

“Biar itu jadi rahasia saya dan Golden Harvest,”ujarnya

Teknologi AGPI yang diriset tahun 1985 dan mulai dipasarkan 1998. Jadi memerlukan waktu 13 tahun dari riset sampai bisa dijual.

Keunggulan dari pupuk hayati mikroba ini, sampai ke telinga PM Malaysia Mahatir Mohamad. Ia mengajak Dr Lukman untuk membangun lab di Kuala Lumpur untuk diaplikasikan ke perkebunan sawit Malaysia. Saya tolak tawaran itu mengingat saya baru saja tiba di Indonesia, karena selalama 4 tahun saya menetap di Manila,”imbuhnya.

Aplikasi untuk Sawit

Dalam pemupukan di sawit, saran Lukman hanya disemprot di tanah sampai pangkal batangnya. Penyemprotan sebaiknya ketika awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pada prinsip tanah dalam keadaan basah dan lembab, dan cukup 2 kali pemupukan pertahun, jelasnya.

Kebutuhan pupuk 20 liter untuk 1 kali pemupukan per hektar lahan sawit, diperlukan 2 kali pemupukan memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga struktur dan testur tanah menjadi serasi dan sehat.

Replanting Sawit

Pupuk hayati mikroba juga sudah pernah dipakai untuk replanting sawit. Ketika pohon sawit usia 2,5 tahun dimana sudah mulai belajar berbuah, pupuk hayati mikroba sudah bisa disemprotan, dan ini mempercepat pertumbuhan buahnya, sehingga ketika berusia 3-4 tahun buahnya sudah bisa dipanen.

Keunggulan dengan pupuk hayati, kata Lukman, bisa hemat pupuk kimia, kompos atau kandang sampai dengan 50 persen, tandan buah relatif lebih besar dan penampilan tanaman lebih sehat dan segar.

Mengurangi timbulnya gulma, masa produktif tanaman menjadi lebih panjang, mencegah pestisida dengan rasidu sampai zero persen,tandas Lukman.

Teknologi ini merupakan terobosan teknologi ramah lingkungan untuk peningkatan produksi pertanian, perkebunan,perikanan/pertambakan dan peternakan secara efisien dan berkelanjutan.

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *