Lebak – Gubernur Banten, Andra Soni, mengungkapkan rasa bangga dan syukur dapat menghadiri rangkaian Seren Taun Guru Cucuk Kasepuhan Cisungsang yang digelar di Imah Gede Kasepuhan Cisungsang, Minggu (28/10).
Dalam sambutannya, Gubernur Andra Soni menekankan bahwa Seren Taun bukan sekadar sebuah perayaan adat, melainkan warisan budaya yang merefleksikan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil bumi yang diberikan. “Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun, menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Banten memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang yang terus menjaga dan melestarikan kearifan lokal ini,” ujarnya.
Lebih lanjut, Gubernur menegaskan bahwa tahun ini menjadi kebanggaan tersendiri karena Seren Taun Kasepuhan Cisungsang kembali masuk dalam kalender Karisma Event Nusantara (KEN) 2025 yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. “Hal ini menjadi bukti bahwa Seren Taun bukan hanya milik masyarakat Cisungsang, tetapi juga menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Melalui KEN, kita membuka ruang yang lebih luas bagi promosi pariwisata Banten, khususnya Kabupaten Lebak, agar semakin dikenal wisatawan nasional maupun mancanegara,” ungkapnya.
Menurutnya, pariwisata budaya seperti Seren Taun Guru Cucuk Kasepuhan Cisungsang memiliki kekuatan besar, bukan hanya meningkatkan perekonomian masyarakat melalui kunjungan wisata, tetapi juga memperkuat identitas budaya di tengah arus globalisasi. Karena itu, Pemprov Banten berkomitmen terus mendukung, baik melalui promosi, pembinaan ekonomi kreatif, maupun peningkatan infrastruktur pendukung.
Gubernur juga menekankan pentingnya sinergi antara pariwisata dan pendidikan. “Generasi muda Banten, khususnya anak-anak Cisungsang, harus dikenalkan sejak dini tentang nilai-nilai budaya, sejarah, dan tradisi yang kita miliki. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi saksi, tetapi juga penerus yang menjaga kelestarian budaya leluhur,” tuturnya.
Ia berharap Dinas Pendidikan dapat bersinergi dengan Dinas Pariwisata dalam menghadirkan kurikulum dan program edukasi berbasis kearifan lokal, baik melalui muatan lokal, kunjungan budaya, maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Menutup sambutannya, Gubernur mengajak seluruh pihak menjadikan Seren Taun bukan sekadar agenda tahunan, melainkan momentum bersama membangun pariwisata berkelanjutan dan pendidikan berkarakter. “Dengan sinergi budaya, pariwisata, dan pendidikan, kita yakin Banten akan semakin maju, berdaya saing, dan tetap berakar pada nilai-nilai kearifan lokal,” katanya.
Sementara itu, Ketua Adat Guru Cucuk Kasepuhan Cisungsang, Abah Usep Suyatma SR, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kasepuhan Cisungsang telah eksis selama 671 tahun dan kini dipimpin oleh beliau yang merupakan generasi keempat.
Ia juga menegaskan bahwa keberadaan masyarakat adat telah mendapatkan pengakuan secara hukum dan statistik yang jelas. Beberapa di antaranya adalah Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pengakuan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Masyarakat Adat Kasepuhan serta SK Bupati Lebak Nomor 430/740-DLH/III/2022 tentang Penetapan Peta Wilayah dan Hutan Adat Kasepuhan Cisungsang.
Saat ini, luas wilayah adat tercatat 6.177,38 hektar, dengan hutan adat seluas 1.599 hektar dan lahan sawah mencapai 4.933 hektar.
Selain itu, terdapat 9.097 penggarap aktif, 150 petani milenial, dan pembangunan dua irigasi, satu di antaranya masih berjalan dan satu lagi direncanakan tahun depan. Penanaman 4.500 pohon telah ditanam sebagai bentuk komitmen menjaga lingkungan.
Abah Usep juga menegaskan kembali pelaksanaan ritual utama dalam Seren Taun, yaitu Jatnika Nibakeun Sri Ka Bumi, Jatnika Ngamitkeun Sri Ti Bumi, Prah Prahan (Cacah Jiwa), Rasul Pare di Leuit, dan Rasul Seren Taun.
Bupati Lebak, Moch. Hasbi Asyidiki Jayabaya, turut menyampaikan harapannya agar Seren Taun Cisungsang bisa menembus Top 10 KEN 2025. “Kita punya mimpi Seren Taun Kasepuhan Cisungsang bisa masuk Top 10 KEN, dan tahun ini mimpi itu bisa kita wujudkan. Kunci pembangunan pariwisata ada di infrastruktur jalan. Kalau jalannya bagus, orang pasti mau datang berkunjung,” ujarnya.
Sedangkan, Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Brigjen Pol Nunung Syaifuddin, menekankan pentingnya pengelolaan potensi ekonomi di selatan Banten. “Tingkat perekonomian masyarakat di sini masih sangat kurang, padahal potensinya besar. Tinggal bagaimana kita mengelola, menjaga, dan merawatnya. Saya mengingatkan agar jangan sampai ada yang menggunakan merkuri dalam kegiatan penambangan, karena itu bisa mencemari lingkungan,” tegasnya.
Komandan Korem (Danrem) 064/Maulana Yusuf, Brigjen TNI Andrian Susanto, yang baru pertama kali hadir dalam Seren Taun Cisungsang, mengaku terkesan dengan suasana syukur masyarakat adat. “Kami senang bisa hadir dan bertatap muka dengan masyarakat adat Cisungsang. Untuk meningkatkan kesejahteraan, kita tidak bisa berjalan sendiri, harus saling berkolaborasi. Kami selalu berkomitmen hadir membantu masyarakat, termasuk dalam bidang pertanian,” katanya.
Serangkaian pernyataan tersebut menegaskan bahwa Seren Taun bukan hanya pesta budaya, tetapi momentum kebersamaan yang mempertemukan masyarakat adat, pemerintah, dan berbagai pihak untuk membangun masa depan bersama.
Dalam sarasehan tersebut juga turut hadir Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata Republik Indonesia – Ibu Nova Arisne, S. Kom., MT, M.Sc, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia – Bapak Syamsul Hadi, Kepala Balai taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Taman Nasional Ujung Kulon, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Dr. Ivan Syamsurizal, S.T, M.T, Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, BRIN – Bapak Herry Yogaswara, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 8 Kementerian Kebudayaan – Ibu Lita Rahmiati, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia – Ibu Devyanti Asmalasari, S.S, M.Pd., Sekretaris Daerah Banten beserta para Kepala OPD, Para Kepala Desa, Para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda.
Kirab Budaya dan Ritual Ngadiukeun Pare di Leuit Warnai Pagi Seren Taun Kasepuhan Cisungsang
Rangkaian puncak acara Seren Taun Kasepuhan Cisungsang diawali dengan kirab budaya yang penuh warna dan makna. Sejak pukul 08.30 WIB, para peserta kirab mulai berjalan dari pertigaan Cikarang–Cisungsang menuju area depan Imah Gede Kasepuhan Cisungsang. Kirab ini menampilkan berbagai unsur adat dan budaya, di antaranya Lengser, Gotongan Pare, Iringan Baris Kolot, Parupuyan Bokor, Payung Sesepuh, Dayang-dayang, Rengkong, Tanggungan, Angklung, hingga atraksi Debus.
Tidak hanya itu, barisan kirab juga diramaikan oleh para rendangan, siswa-siswi SD hingga SMA, masyarakat adat dari 10 desa wilayah adat Kasepuhan Cisungsang, kelompok Gondang, serta komunitas motor Brotherhood 1%MC yang turut ambil bagian dalam pengawalan pawai budaya perayaan budaya ini dalam program Brotherhood For Culture.
Setibanya di Imah Gede, seluruh peserta kirab bersama tamu undangan berkumpul untuk mengikuti ritual adat Ngadieukeun Pare di Leuit, salah satu ritual utama dalam rangkaian Seren Taun. Prosesi sakral ini diawali dengan lantunan rajah oleh Aki Adhani yang kemudian dilanjutkan dengan tembang-tembang adat yang dibawakan oleh Ibu Eka Triekawati.
Memasuki inti acara, dilakukan prosesi ngamitkeun, yaitu menyimpan padi ke dalam leuit (lumbung padi) sebagai simbol rasa syukur dan penghormatan kepada Dewi Sri. Prosesi simbolis ini dilakukan langsung oleh Gubernur Banten dan Bupati Lebak, disaksikan oleh masyarakat adat serta para tamu undangan.
Momen tersebut menjadi penanda kuat hubungan antara pemerintah dan masyarakat adat dalam menjaga serta merawat tradisi leluhur.
Usai pelaksanaan ritual, acara berlanjut dengan Sarasehan yang menghadirkan berbagai tokoh adat, pemerintah, dan masyarakat.
Sarasehan ini menjadi ruang penting untuk berdialog, merefleksikan nilai-nilai budaya, sekaligus merumuskan langkah ke depan dalam menjaga warisan adat, lingkungan, serta pengembangan pariwisata dan pendidikan di wilayah Cisungsang.
(Red)